“Kalau kuliah Sastra Jepang, pasti bisa pergi ke Jepang dong?”
Sebagai seorang mahasiswa Sastra Jepang, saya sering sekali menerima pertanyaan seperti ini. Tidak cuma didapatkan oleh aku, tetapi juga banyak rekan sejurusan lainnya.
Namun demikian, meski bertahun lamanya kuliah di Sastra Jepang, bukan memiliki arti kemudahan untuk sampai Jepang langsung ada di tangan. Bagaimanapun, faktor usaha serta keberuntungan yang saling berkonspirasi tetap mempengaruhi mampu atau tidaknya seorang mahasiswa Sastra Jepang menuju ke Jepang.
Saya secara eksklusif pernah gagal tiga kali untuk pergi ke Jepang selama kurun 3,5 tahun perkuliahan saya. Kegagalan ini didasari oleh banyak aspek, mirip kurangnya berkas, gagal seleksi, sampai intinya kurang mujur saja (dan kadang, alasannya telah usaha, inilah yang rasanya paling menyedihkan hehe). Tiga kegagalan tersebut terperinci menciptakan saya sakit kepala dan kecapekan. Padahal sudah perjuangan, IPK juga tidak mengecewakan, berkasnya lengkap; tetapi kenapa, ya? Akhirnya, pada percobaan ke-empat (yang sebetulnya tidak dimaksudkan untuk dilakukan), sesudah nyaris mengalah dan mau lulus saja, akhirnya bisa juga ke sana walau cuma dalam waktu singkat.
Bagaimana sih cara pergi ke Jepang bila dari Universitas?
Sebenarnya, ada banyak cara. Namun cara yang biasa dikerjakan oleh mahasiswa baik S1 maupun S2 ada tiga. Yang pertama, ialah via beasiswa G to G alias Government to Government. Beasiswa ini mampu disertai oleh para mahasiswa yang negaranya mempunyai korelasi diplomatik dengan Jepang. Proses pendaftaran dan seleksi beasiswa dijalankan oleh pihak Japan Embassy di negara-negara tersebut. Secara resmi G to G ini disebut juga Embassy Recommendation.
Cara kedua yaitu dengan beasiswa U to U, alias University to University. Beasiswa ini adalah beasiswa yang proses penyeleksian serta mekanisme pendaftarannya dilaksanakan oleh Universitas di Jepang tanpa melalui Kedutaan Besar Jepang. Biasanya Universitas yang dituju juga memiliki hubungan dengan universitas tempat kita belajar sekarang. Secara resmi U to U disebut sebagai University Recommendation.
Keduanya memiliki perbedaan yang menonjol . Untuk U to U, telah terang kampus mana kawasan berkuliah di Jepang. Hal ini terkait dengan administrasinya yang eksklusif dengan universitas tujuan. Sementara, untuk G to G, pejuang beasiswa mendapatkan beasiswa apalagi dulu, kemudian mendapatkan surat keterangan yang mampu digunakan mendaftar ke Universitas-Universitas di Jepang.
Untuk info terkait dua beasiswa ini, teman-sahabat bisa melihatnya di: https://www.id.emb-japan.go.jp/sch.html
Cara ketiga yakni mencari secara mampu berdiri diatas kaki sendiri beasiswa swasta atau acara singkat (baik summer school, winter school, acara pelatihan, dll). Banyak website yang memperlihatkan program ini, baik dari situs web korelasi internasional kampus, maupun situs web resmi penyuplaibeasiswa seperti https://www.jasso.go.jp/en/study_j/scholarships/index.html
Saya secara langsung pernah mencoba U to U (yang kemudian gagal) dan dua program seminar (gagal lagi). Program keempat yang membawa saya berhasil ke Jepang yaitu sebuah program dari Japan Foundation, yang memang pesertanya cuma direkrut dari beberapa universitas saja. Namanya yakni Southeast Asian College Teachers’ Training Course in Japan. Secara singkat, acara ini yakni acara pembinaan untuk dosen yang ingin mendalami pengajaran dengan memakai tata cara dari buku Marugoto, dan untuk para mahasiswa yang terpesona dengan pengajaran bahasa Jepang. Detil program tersebut mampu dilihat di https://kansai.jpf.go.jp/en/training/students/sea-college-teachers.html
Ngapain di Jepang?
Jawaban dari pertanyaan ini pastinya tergantung dari program yang teman-sobat ikuti. Untuk acara G to G, U to U, atau beasiswa swasta umumnya akan mencar ilmu formal seperti kuliah. Bahasa kerennya, sih, exchange student. Itu pun tergantung lagi dari perkuliahan seperti apa yang diambil oleh si peserta beasiswa. Untuk acara singkat mirip pelatihan, isi dari materinya akan menyesuaikan tema dari pelatihan atau pembinaan yang dilakukan.
Untuk program yang saya ikuti sendiri merupakan pelatihan untuk para mahasiswa yang terpesona menjadi guru. Namun demikian, pengajaran yang aku terima dititikberatkan kepada percakapan serta membangun kepercayaan diri untuk mengatakan secara aktif di depan umum. Sehingga, pelajaran yang saya terima yaitu berbentukkelas-kelas wawancara dengan para lansia, diskusi dengan instruktur dengan tema-tema yang sedang in ataupun menunjukkan culture shock terhadap orang ajaib, penyajian, field trip, kunjungan ke sekolah dasar dan menengah serta universitas, dan seabrek aktivitas yang isinya mesti bicara secara aktif. Tidak lupa, diberikan pula wawasan dan praktik budaya seperti kaligrafi, drum tradisional Jepang, seni rangkai bunga, dan sebagainya.
Kenapa berkesan?
Jawabannya, alasannya saya sudah berlelah-letih hingga nyaris berputus asa. Cerita aku bisa diterima program ini bahu-membahu sangat sederhana. Saya sedang mengikuti kuliah pengajaran di abad simpulan studi saya, selagi menjalankan skripsi. Tiba-tiba seorang dosen native mengajukan pertanyaan kepada aku apakah masih ada minat ke Jepang, yang aku jawab dengan “Kalau memang masih memungkinkan bagi aku, saya rasa jawabannya iya.”. Beliau langsung menawarkan formulir dan menyampaikan: “Tolong dilengkapi, empat hari lagi kirim ke Japan Foundation.”
Saya yang telah pernah mengelola aneka macam berkas secara tiba-tiba kaget, alasannya adalah tidak pernah sekalipun permasalahan beasiswa menjadi sesederhana ini. Hari itu juga saya eksklusif mengelola seluruh isi formulir, lengkap dengan karangan yang disyaratkan, serta pengecekan kesehatan. Lusanya langsung dikirim, dan tidak berapa lama pribadi diberitakan bahwa aku lolos. Yeay!
Setelah itu, tentu saja masih banyak yang mesti diurus, dari pengecekan kesehatan kedua, kelengkapan dokumen untuk visa, dan sebagainya. Lucunya, aku pasrah sekali waktu mengelola ini; alasannya adalah rasanya masih tidak bisa yakin. Urusan ini tanpa gangguan, masih dengan halangan yang wajar-wajar saja, hehe. Saya bersyukur sekali alasannya Tuhan membuat lebih mudah persoalan aku untuk sampai ke titik ini.
Di hari mengurus visa, yang mana saya mesti berangkat ke Jakarta dan perdana bertemu dengan separuh penerima yang mau bersama berangkat ke sana. Dari Yogyakarta, aku hanya berdua dengan seorang mitra dari universitas berlawanan (kami juga baru bertemu di kereta hari itu!). Tapi semesta memang tahu bagaimana cara mendekatkan yang paling baik, saya eksklusif mampu erat dengan pada umumnya dari mereka.
Pada hari keberangkatan tanggal 10 Januari 2018, saya terbang dari Yogyakarta, lalu transit Jakarta, dan langsung menuju Kansai International Airport. Perjalanan ini menjadi haru biru alasannya karenanya, sesudah gagal tiga kali yang membuat aku ‘udahlah lulus aja’ ternyata diganti dengan perjalanan semulus ini.
Sampai di Japan Foundation Kansai, aku mulai menjalani kehidupan sebagai seorang mahasiswa yang menerima training di Jepang. Saya mendapatkan pengalaman yang hebat, yang tidak akan pernah saya peroleh kembali untuk kedua kalinya. Tidak hanya pelajaran formal yang tentu saja berguna selama kuliah, hal-hal gres yang saya coba seperti main ke tempat tinggal orang Jepang, kenalan dengan lansia Jepang, lalu ikut peringatan budaya dengan para orang asing yang sama-sama ke Jepang menciptakan 45 hari berada di Osaka terasa sungguh luar biasa. Saya, sampai sekarang pun masih bersahabat dengan para lansia ini. Beberapa dari mereka bahkan pergi untuk liburan ke Indonesia.
Berikut link foto bagi sahabat-teman yang ingin melihat beberapa lokasi yang sempat aku datangi! Dari lokasi asrama di pinggir maritim, menuju Kyoto, Nara, Wakayama, dan Osaka, hingga aktivitas-kegiatan saya bareng orang Jepang: https://photos.app.goo.gl/DsoRg3q29a2Afzc98
Akhir kata, meski goresan pena ini tidak benar-benar detil, ada satu hal yang ingin sekali aku sampaikan, bahwa jangan berhenti berlelah-letih. Karena lelah-letih dengan perjuangan tersebut jelas akan terbayar; entah diganti dengan yang lebih baik, atau akan terjadi kelak. Usaha keras tidak akan pernah mengkhianati.
Semangat, wahai pejuang beasiswa!
Salam dari yang juga sedang memperjuangkan potensi -kesempatan serta beasiswa lainnya ^^
Kode Konten : KL031
Sumber we.com
EmoticonEmoticon