Assalamu’alaikum hamba terbaik Allah, selamat tiba pada goresan pena kali ini. Siapin cemilannya yaaa!
Yuk kenalan dahulu. Namaku Andi Nurpagi atau umumnya teman-sobat mengundang Andi. Sekarang sedang menempuh pendidikan profesi (semester 8) di Universitas Indonesia, jurusan Kedokteran Gigi angkatan 2016. Alhamdulillah telah lulus sarjana pada semester 7 kemudian sempurna dikala Covid19 otw ke Indonesia. Yuk pribadi aja kita diskusikan tentang jurusan Kedokteran Gigi di UI. Eits jangan ada yang diskip ya alasannya saya mau ngasih tau beberapa mitos dan fakta yang perlu intipers ketahui (semoga kau memperoleh).
“Kedokteran Gigi Belajar Gigi Aja Kok” Apakah Benar ?
Gak benar ya intipers. Kalau masih ada yang berfikiran mirip ini saranin untuk baca goresan pena ini ya.
Makara begini intipers,
Tahun pertama, kita akan berjumpa dengan pelajaran-pelajaran lazim. Ada mata kuliah bahasa Inggris, berguru agama, mencar ilmu pengembangan kepribadian ilmu sosial humaniora dan ilmu saintek (MPKT A dan B), telah mulai kenalan juga dengan ilmu-ilmu dasar di kedokteran gigi. Kemudian saya semangat banget kalau di mata kuliah yang barengan dengan fakultas kesehatan yang lain, yaitu belajar biomedik dasar, berguru Undang-Undang Dasar di bidang kesehatan, berguru komunikasi kesehatan kemudian belajar juga ihwal pengelolaan peristiwa yang kelasnya dicampur dengan fakultas kesehatan lainnya ( Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperwatawan, Farmasi dan Kesehatan Masyarakat). Ada yang lebih seru lagi, yaitu mata kuliah pengembangan kepribadian seni atau olahraga. Jadi kalian mampu pilih mau kelas seni atau olahraga. Aku kemarin pilih seni di kelas Kaligrafi. Masih banyak kelas seni lain mirip kelas fotografi, apresiasi film, karawitan jawa, komik dan lainnya. Kelas olahraga juga banyak pilihannya ada voli, futsal, tenis, tenis meja dan masih banyak lagi.
Tahun kedua, kita telah konsentrasi belajar kedokteran gigi dan berguru kedokteran juga (misalnya ihwal penulisan resep obat, belajar kulit kelamin dengan perkara yang berafiliasi dengan tempat kepala, berguru psikiatri, THT dan yang lain). Belajar teori dengan membahas perkara kemudian melaksanakan praktikum untuk melatih kemampuan tangan dan membiasakan jari jemari kita yang kaku ini untuk dekat dengan alat-alat kedokteran gigi. Ada yang gampang dan juga pastinya banyak yang sukar (hehehe).
Bagi kalian yang ingin menerima gosip jurusan dan masuk sekolah tinggi tinggi follow Instagram @intipkuliah. Akan ada live lebih dari 60 jurusan per bulan. Klik Disini
Banyak yang bilang kuliah kedokteran gigi banyak beli alat praktikum dan mahal?
Yapp, sungguh benar sekali. Setiap praktikum (lazimnya kami menyebut skill’s lab) kita akan berlatih melaksanakan tindakan perawatan ke pasien dan waktunya bersamaan sehingga tiap individu akan melaksanakan pekerjaannya sendiri, jadi gak mampu minjem alat sobat. Bahkan acap kali kita harus punya 2 set alat praktikumnya untuk cadangan jikalau nanti alat yang satunya rusak (jadi saya pernah beli kaya jarum gitu 1 set ada 5 jarum dengan diameter berlainan, harganya sekitar 200k alasannya tenagaku terlalu kafetaria-kafetaria jadi salah satu jarumnya patah dan aku harus beli 1 set yang gres, iya aku nangis karena gegabah banget but its ok kan lagi belajar).
Fakultas juga menyediakan alat praktikum kok, tapi gak semua alasannya adalah memang banyak banget alat-alat yang hendak dipake. Eits tapi jangan murung intipers, gak semua alat yang kita beli sekali pakai, jadi ada beberapa yang mampu dipakai hingga kita sudah jadi dokter gigi.
-coffee break-
Banyak juga yang bilang kuliah di UI mahal? bantu-membantu intipers untuk kelas regular (selain kelas internasional/paralel) kita cuma membayar uang semesterannya aja. Pengamatanku mengatakan, yang mahal di UI ialah gaya hidupnya dan biaya hidupnya.
-yuk lanjut-
Tahun ketiga, sama mirip tahun kedua mencar ilmu tentang kedokteran gigi dan kedokteran juga namun telah lebih mendalami. Ditambah ada mata kuliah Iptekdogi, adalah membahas seputar bidang kedokteran gigi dari sisi teknologi. Misalnya mencar ilmu perkembangan alat radiologi untuk rontgen gigi dan lainnya.
Semester 7, difokuskan untuk skripsi dan ngambil satu mata kuliah elektif yang mampu kita pilih bidangnya. Kemarin saya ambil kelas teknik laboratorium dan banyak membicarakan wacana forensik di kedokteran gigi. Ada juga kelas fotografi di bidang kedokteran gigi, kelas bedah mulut dan yang lain.
Aku Sepertinya Salah Jurusan dan Gak Mampu Banget Survive di sini
Hallo, kamu, iya kamu yang merasakan hal mirip ini sepertinya yang salah bukan jurusannya, tapi pikirannya.
Jadi banyak banget yang menanggap modal pinter aja sudah CUKUP untuk survive kuliah di kedokteran gigi. Ternyata hal ini salah banget, kemampuan tangan kita juga memang sungguh dituntut untuk mampu menyelesaikan tantangan khas di setiap praktikumnya (jikalau gak simpulan praktikumnya, ya gak mampu nilai terus ujiannya gimana nanti).
Gini deh, coba ingat kembali saat kalian kecil mau belajar nulis. Pasti sudah tau dengan bentuk abjad atau angkanya, namun ketika kita mencoba menulis dengan pulpen (tapi saya pas kecil lebih senang pensil karena mampu dihapus, gak kayak mantan yang sukar dihapus dari ingatan wkwkwk) balasannya tidak sesuai bahkan kadang beda jauh dengan aslinya. Aku sendiri ketika kelas 1 Sekolah Dasar masih tidak bisa membedakan aksara M dan angka 3.
Dosenku pernah bilang gini “bukan udik namanya jikalau hasil pekerjaanmu buruk, namun kurang pandai namanya jikalau kamu berhenti menjajal ”
Ya aku oke banget, seumur-umur gak pernah pegang alatnya, bahkan gak pernah liat alatnya. Pasti kaku banget. Justru dengan praktikum inilah tempatmu berlatih. Bahkan yang sudah jadi dokter gigi aja banyak yang ikutan workshop dan seminar-seminar.
Makara selamat berlatih!
Kalau sekarang kalian telah di titik ini gak mungkin tuhan gak punya maksud tertentu, jika kalian belum menemukan tujuannya, coba dekatin yang kuasa dulu.
Lihat vlog dari ribuan mahasiswa di seluruh Indonesia di Youtube Intip Kuliah. Klik Disini
Selama Pandemi Covid19 Dokter Gigi Gak Praktek, Bagaimana Kedepannya?
Nah bener banget ni intipers, banyak dokter gigi yang tutup prakteknya sebab pandemi ini, doain ya agar cepat berlalu (Aamiiin).
Makara apakah dokter gigi akan digantikan oleh robot? wah tidak dong. Dokter gigi yakni tenaga profesional yang tidak bisa digantikan oleh orang sembarangan, kalian harus melakukan pendidikan kurang lebih 6 tahun barulah bisa disebut sebagai dokter gigi. Apalagi selama Covid19 kita lebih banyak di rumah, bisa jadi makan cemilan dan minum manisnya juga banyak dan berpangku tangan menjaga kebersihan gigi dan lisan, takutnya setelah pandemi kasus kerusakan pada gigi malah bertambah (supaya gak ya, aku yakin bahwa intipers di rumah selain taat beribadah juga taat menggosok giginya).
Nah selain menjadi dokter gigi lulusan kedokteran gigi juga bisa menjadi dosen, peneliti, bahkan bisa menjadi pengusaha obat kumur atau sikat gigi anti mager contohnya (hehehe).
Kalau aku sendiri, sebab belum menuntaskan pendidikan di kedokteran gigi secara lengkap jadi aku masih belum tau akan sangat suka untuk menjadi dokter gigi atau malah yang lainnya. Intinya aku bercita-cita besar untuk mampu berguna dan membangun daerah-daerah kecil di Indonesia yang dimulai dari desa kecilku apalagi dahulu. Selain itu saya juga suka dengan bidang komunikasi dan motivasi sehingga saya menggabungkan ketiganya (dengan kedokteran gigi) dengan menulis di sini.
Makara jangan ragu ya, kesusahan itu niscaya ada tetapi kita gak sendiri, Allah niscaya akan bukakan pintu akomodasi dan satu pesan saya. Stop dreaming, start doing. Kalau bukan kita yang mengawali, siapa lagi. Banggalah menjadi diri kalian sendiri.
Kode konten: Y282
Sumber we.com
EmoticonEmoticon