Selasa, 22 September 2020

Silvikultur Ipb (Aurel)

Hello fellas! Perkenalkan saya Aurelia Aranti Vinton, mahasiswi Departemen Silvikultur IPB (Institut Pertanian Bogor) angkatan 2016. Jurusan ini mungkin terdengar tidak terlampau familiar bagi kebanyakan orang. Oleh alasannya itu di sini saya akan berbagi isu mengenai pengalaman aku menempuh pendidikan di jurusan silvikultur selama nyaris 4 tahun ini. Bagi sobat-teman yang hendak bertanya atau diskusi, mampu komen di bawah artikel ini. Kalau sempat akan dibalas ya, jawabannya akan masuk ke email kalian kok. Pastikan kalian baca sampe beres dahulu postingan ini sebelum mengajukan pertanyaan. Kalian juga bisa nonton versi videonya lewat link berikut. Klik Disini


Apa itu Silvikultur?


Jurusan Silvikultur di Institut Pertanian Bogor bernaung sebagai salah satu bab dari Fakultas Kehutanan. Adapun “jurusan” atau perumpamaan yang biasa kami sebut sebagai “departemen” di Fakultas Kehutanan sendiri terdiri atas Departemen Manajemen Hutan (MNH), Departemen Teknologi Hasil Hutan (DHH), Departemen Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekowisata (KSHE), serta Departemen Silvikultur (SVK). Ditelaah dari namanya, silvikultur terdiri atas “silvi” yang artinya pohon dan “kultur” yang merupakan cara untuk berbudidaya. Singkatnya, silvikultur adalah jurusan yang mempelajari mengenai budidaya pohon. Yang membedakan kami dengan departemen yang lain yaitu kami mempelajari perihal teknik inisiasi, penanaman, hingga perawatan tumbuhan berkayu secara lebih mendalam dan intensif. Boleh dibilang, jurusan ini hadir sebagai salah satu balasan dari kebutuhan dunia saat ini mengenai lingkungan sekitar kita yang semakin rusak. Ada yang menghancurkan, ada yang memperbaiki.


Bagi kalian yang ingin mendapatkan gosip jurusan dan masuk akademi tinggi follow Instagram @intipkuliah. Akan ada live lebih dari 60 jurusan per bulan. Klik Disini


Silvikulturis, istilah bagi kami selaku mahasiswa dan akademisi yang terlibat. Memiliki kewajiban untuk melakukan acara-acara rehabilitasi yang dapat mendukung terciptanya kembali kestabilan ekosistem lingkungan. Saat ini, dapat kita lihat bahwa berbagai areal-areal bekas pertambangan. Baik itu tambang batubara, emas, perak, dan lain sebagainya yang sehabis kegiatan tambang akhir dikerjakan, kemudian membuat keadaan lingkungan yang rusak. Seperti meninggalkan lubang besar yang menganga, tanah yang mempunyai pH sangat masam, maupun keadaan lingkungan yang telah tidak baik lagi untuk ditempati. Ini alasannya adalah terlampau banyak mengandung unsur-bagian logam berbahaya seperti timbal, merkuri, dan sebagainya.


Perlu diketahui sahabat-sahabat, bahwa kondisi lingkungan yang telah rusak seperti ini, tidak semua jenis flora bisa untuk kembali mengikuti keadaan atau singkatnya “pribadi berkembang sehabis ditanam”. Perlu jenis tanaman khusus untuk mampu mengembalikan kondisi tanah semoga stabil seperti sedia kala. Sebagai silvikulturis, kami memiliki permintaan tersendiri untuk mampu mengetahui jenis tumbuhan yang dapat menyesuaikan diri dengan baik untuk program rehabilitasi atau penghijauan pada tanah marjinal (tanah yang telah sangat rusak).


Mata Kuliah Khas di Silvikultur IPB


Mata kuliah yang khas dan mungkin hanya dipelajari oleh kami di slivikultur ialah “Dasar-Dasar Reklamasi Lahan Pasca Tambang”. Dalam mata kuliah ini, kami diajarkan perihal teknik-teknik rehabilitasi dan jenis-jenis apa saja yang bisa untuk mengikuti keadaan pada lahan rusak. Menarik juga alasannya selama praktikum, kami beberapa kali bisa mendapatkan bahan-materi yang sebetulnya mahal namun karena kebutuhan praktikum bisa kami peroleh secara hanya-cuma.


Mata kuliah yang lain yang khas buat saya yaitu “Genetika Hutan” karena disini kami mempelajari tentang struktur DNA/RNA, melakukan sequencing, ataupun yang dikala ini sedang marak dilakukan di tengah pandemi yaitu tes polymerase chain reaction (PCR). Hal tersebut juga kami pelajari, tetapi pasti dengan sampel utamanya yaitu sel flora berkayu. Ditambah lagi, kami juga mempelajari sedikit mengenai statistika dalam mata kuliah “Metode Statistika” dikarenakan bentuk visual untuk hasil data akan ditampilkan dalam bahasa statistik. Sehingga, aku merasa lumayan banyak mendapatkan ilmu tidak sebatas cuma yang berasal dari jurusan silvikultur ini sendiri.


Apa saja konsentrasi atau kalangan kemampuan yang terdapat di jurusan Silvikultur IPB?


Laboratorium Departemen Silvikultur terbagi atas tiga laboratorium utama adalah Laboratorium Silvikultur sendiri, Laboratorium Ekologi Hutan, dan Laboratorium Perlindungan Hutan. Di dalam Laboratorium Silvikultur, kami lebih berfokus terhadap teknik budidaya tumbuhan berkayu mulai dari cara konvensional berupa perlakuan terhadap benih, cangkok, stek, dan acara monitoring tumbuhan, sampai ke teknik terbaru mirip kultur jaringan dan rekayasa genetik tanaman. Laboratorium Ekologi Hutan lebih berfokus mempelajari ekosistem dari tiap jenis hutan mirip hutan mangrove, gambut, krapa, dan sebagainya. Terakhir, Laboratorium Perlindungan Hutan terbagi atas Laboratorium Hama dan Penyakit serta Laboratorium Kebakaran Hutan. Sebagaimana informasi kebakaran semenjak bertahun-tahun lalu mulai marak terjadi di berbagai cuilan dunia. Penjurusan terhadap ketiga laboratorium ini dijalankan untuk solusi peran final mahasiswa yang dimulai pada semester 6.



Informasi Tambahan


Setelah menyaksikan beberapa paragraf di atas, karenanya jurusan silvikultur ini sungguh “anak lapang” ya? Bisa sih dibilang seperti itu, tapi ada kalanya juga kami tidak terlalu sering ke lapang. Beralih perihal organisasi kemahasiswaan, jurusan Silvikultur sendiri memiliki Himpunan Profesi bernama “Tree Grower Community (TGC)”. Sesuai namanya, setiap tahun kami pasti menyelenggarakan aksi lingkungan. Berupa penanaman di areal-areal tertentu mirip contohnya wilayah pesisir pantai sebagai bab dari ekosistem mangrove. Mahasiswa Departemen Silvikultur wajib menjadi anggota Tree Grower Community. Namun tidak wajib menjadi pengelola dari TGC ini sendiri. Selain himpunan profesi, di Fakultas Kehutanan kami juga mempunyai beberapa organisasi kemahasiswaan yang lain. Seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), maupun Rimbawan Pecinta Alam (RIMPALA).


Salah satu privilege lain yang boleh dicicipi selaku bagian dari mahasiswa kehutanan ialah kami memiliki organisasi mahasiswa kehutanan yang terhubung secara global dalam International Forestry Students Association (IFSA). IFSA di Indonesia terdapat di  Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Universitas Lambung Mangkurat, dan Institut Teknologi Bandung. IFSA memiliki aktivitas tahunan internasional yakni International Forestry Students Symposium (IFSS) dan Asia-Pacific Regional Meeting (APRM). What a blessing, saya juga sempat dipercaya untuk menjadi utusan IFSA LC-IPB dalam kegiatan tahunan Asia-Pacific Regional Meeting tahun 2019 di Korea Selatan. Kegiatan ini melibatkan seluruh mahasiswa kehutanan dunia. Kami saling bertukar berita mengenai isu kehutanan yang dimiliki oleh tiap masing-masing negara.


Sebagai mahasiswa kehutanan khususnya di jurusan Silvikultur, saya merasa telah menerima banyak pengalaman dan pengetahuan berharga. Saya rasa belum pasti mampu aku dapatkan kalau saya tidak memilih jurusan ini. Untuk tantangan dalam perkuliahan sendiri, saya merasa mungkin sama mirip yang dinikmati mahasiswa pada umumnya. Perihal time management. Sebagai mahasiswa, kita benar-benar dituntut untuk mampu membagi waktu dengan baik agar mampu dimanfaatkan secara maksimal.


Lihat vlog dari ribuan mahasiswa di seluruh Indonesia di Youtube Intip Kuliah. Klik Disini


Prospek Kerja Lulusan Silvikultur IPB?


For your information, walaupun mengambil jurusan silvikultur, saat lulus kami tetap bergelar sarjana kehutanan (S.Hut). Saya menyaksikan cukup banyak peluang yang bisa diambil oleh senior-senior yang kini sudah lulus dan melakukan pekerjaan selaku lulusan kehutanan. Pekerjaan bisa diperoleh dari instansi pemerintahan sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Swasta di dalam struktur perusahaan, umumnya di bagian sustainability. Ataupun berwirausaha dengan melakukan bisnis di bab lingkungan. Selain itu, karir yang cukup menjanjikan juga mampu diperoleh dari forum swadaya masyarakat (LSM) baik lokal ataupun internasional yang disebut sebagai non-governmental organization (NGO). Lembaga internasional lain semisal Center for International Forestry Research (CIFOR) dan Food and Agriculture Organization (FAO) juga mampu menjadi pilihan karir bagi lulusan sarjana kehutanan.


Rencana dan keinginan sesudah lulus?


Sejauh ini, aku dapat memberikan bahwa gambaran singkatnya sehabis lulus yaitu aku ingin memiliki dampak dan berfaedah bagi penduduk . Baik di wilayah Indonesia maupun juga lintas negara, yang mungkin salah dua caranya yakni melakukan pekerjaan di forum multinasional dan melanjutkan study abroad. Selain itu, sembari mengisi waktu setelah lulus, aku juga sedang menyebarkan organisasi lingkungan. Bisa dicek secara lengkapnya di instagram @treehome.id. Harapan ke depannya selaku founder dari organisasi ini, saya dan kami semua yang terlibat bisa memberikan berita terhadap khalayak mengenai lingkungan. Juga setelah pandemi ini usai mampu melaksanakan banyak sekali acara lingkungan di beberapa kawasan yang tersebar di Indonesia. Wish us luck guys!


Kode konten: X364



Sumber we.com


EmoticonEmoticon