Senin, 07 Desember 2020

Likuifaksi (Pencairan Tanah) : Penyebab – Pengaruh – Proses

likuifaksiSekarang ini musibah terjadi di beberapa tempat di Indonesia dalam waktu yang berdekatan. Tentu mengakibatkan pertanyaan di penduduk bagaimana cara menghindari dan apa penyebab adanya bencana alam yang berdekatan di beberapa area ini. Mungkin sebelum memasuki pembahasan apakah anda tahu bahwa Indonesia berada di “ring of fire ?”


Indonesia terletak di sebuah lingkaran atau cincin api yang ada di dunia, hal ini menyebabkan alasan yang masuk nalar mengapa Indonesia mengalami petaka mirip tragedi tsunami, gempa, kebakaran dan gunung merapi. Cincin api ini merupakan bulat aktif bumi yang mampu bergerak sesuai dengan kondisi pada inti bumi. Selain Indonesia yang mengalami gempa dan juga petaka mirip ini adalah negara Jepang dan juga Hawai.


Berbicara soal gempa dan juga tsunami, bahu-membahu kalau ditinjau dari Geografisnya anda mampu menyaksikan banyak karena dan jenis dari gempa dan tsunami. Masing-masing kejadian bisa sebab argumentasi yang berbeda-beda. Contohnya saja gempa, bisa disebabkan oleh gunung berapi yang meletus, lempengan yang bergeser dan lainnya. Selain itu kejadian juga bisa terjadi di dua kawasan yaitu di daratan dan juga di dalam maritim atau di dasar bumi.


Salah satunya yang terjadi di Palu dan Donggala kemarin. Selain tsunami yang merusak berbagai rumah warga, anda pasti tahu bahwa kota ini dilanda Gempat dengan kekuatan cukup besar ialah 7.5 SR, dimana kekuatan ini bisa menghancurkan satu gedung dengan bangunan yang yang dibuat dari beton.


Setelah diperiksa, penyebab khususnya disebut selaku Likuifaksi. Apa itu ? Likuifaksi atau pencairan tanah merupakan fenomena dimana tanah menjadi bosan sehingga kehilangan kekakuan serta kekuatan karena adanya tegangan, misalnya gempa bumi ataupun perubahan lain secara secara tiba-tiba dan mengakibatkan sifat tanah yang padat bermetamorfosis cairan atau air berat.


Karena tanah bermetamorfosis cairan maka paling riskan yakni kawasan yang mempunyai tipe tanah berpasir, alasannya adalah pasir condong mempunyai pori atau rongga dan mudah untuk terkena tarikan. Hilangnya struktur tanah akhir kehilangan kekuatan atau kesanggupan untuk memindahkan tegangan geser inilah yang disebut selaku pencairan.


Setelah mengenali pengertiannya, masuk kedalam efek yang mau terjadi jika sebuah area terkena pencairan tanah atau likuifaksi, ada beberapa imbas yang akan dirasakan diantaranya yaitu :



  • Tanah bergeser, utamanya rumah dan bangunan yang ada diatasnya akan roboh atau ikut bergeser

  • Permukaan tanah menjadi turun dan menciptakan perbedaan permukaan (jadinya area tersebut akan mirip bukit ada yang turun dan naik permukaannya)

  • Material diatas tanah mampu hanyut semua


Jika memperhatikan proses terjadinya Likuifaksi bahu-membahu mudah, namun permasalahan khususnya ialah likuifaksi ini tidak mampu dideteksi dahulu berlawanan dengan tsunami yang bisa dideteksi menggunakan alat. Likuifaksi sangat bergantung pada getaran dan juga gempa, sehingga anda tidak bisa menganggap bahwa gempa tersebut bisa mengakibatkan pencairan tanah atau tidak.


Namun hal jelasnya bahwa fenomena gempa bumi yang terjadi di zona dengan tanah yang mengandung air tinggi sangat rawan untuk terjadi likuifaksi. Biasanya fenomena ini terjadi untuk tanah yang akrab dengan maritim atau pantai. Bisa juga terjadi gempa di area yang kaya akan air dan juga tanahnya berpasir. Maka likuifaksi mampu terjadi begitu saja.


Menurut Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada menjelaskan bahwa Likuifaksi terbagi menjadi dua jenis, ialah semburan air yang ada dari dalam tanah keluar menyembur layaknya air mancur dan merusak struktur tanah sekaligus. Bisa juga insiden lapisan pasir yang terbawa gempa sangat berpengaruh sehingga air yang ada terperas dan mengalir menjinjing lapisan tanah. Kejadian ini juga sama halnya dengan likuifaksi pertama, sama-sama akan menghanyutkan tanah.


Berbicara soal bahaya semua musibah dan fenomena alam pasti membahayakan, apalagi yang bersifat merusak dan terjadi secara besar-besaran layaknya likuifaksi yang terjadi di Palu. Tentu bukan hal yang aneh bila semua bangunan dan benda yang terkena likuifaksi hanyut dan tidak bersisa, bahkan menelan korban jiwa.


Untuk itu Likuifaksi memang sangat bahaya, alasannya adalah sifatnya seperti banjir ditambah dengan kandungan tanah. Jika ada yang terhanyut maka akan sulit menyelamatkan diri alasannya adalah bukan di air jernih atau air biasa. Namun bersama-sama dengan struktur tanah dan bangunan lainnya yang ikut hanyut.


Bagaimana mengangani likuifaksi ? sebenarnya fenomena ini tidak bsia ditangani, BMKG sendiri cuma mampu memberi peringatan akan bahaya tsunami atau tidak sesudah gempa atau likuifaksi. Anda mampu merapikan dan kembali menata area yang terkena pencairan tanah bila gempa sudah benar-benar final dan juga pergerakan tanah sudah tidak ada kembali.


Selain itu, anda harus menanti tanah kembali untuk solid bila ingin membangun bangunan di area bekas terkena likuifaksi. Namun hal ini akan memakan waktu tahunan, supaya tanah bisa kembali besar lengan berkuasa dan solid lagi.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon