Beberapa waktu kemudian, sebagian daerah di Pulau Jawa mengalami gangguan iklim yang disebabkan oleh adanya pergerakan angin tropis yang menjadikan adanya siklon. Angin siklon ini oleh para jago meteorologi dinamakan siklon tropis dan di beberapa daerah siklon tropis ini dinamai dengan istilah nama-nama bunga, mirip siklon dahlia dan lain sebagainya.
Menurut klarifikasi dari BMKG, siklon tropis merupakan salah satu gangguan meteorologi yang disebabkan alasannya adanya titik bertekanan rendah di lautan yang mengakibatkan adanya badai dengan kekuatan yang besar dengan kecepatan rata-rata sebesar 150 hingga 200 km per jam. Secara teknis, siklon tropis diartikan sebagai sistem tekanan rendah non-frontal yang berskala sinoptik yang tumbuh di atas perairan hangat dengan daerah perawanan konvektif dan kecepatan angin maksimum ± 34 knot pada lebih dari setengah wilayah yang melingkari pusatnya, serta bertahan setidaknya enam jam.
Lebih lanjut, siklon tropis mempunyai empat karakteristik dalam daur hidupnya. Hal ini dimulai dari proses pembentukan sampai memudarnya siklon tropis. Berikut ini dihidangkan empat proses pembentukan siklon tropis, yakni:
- Tahap Formasi
Pada tahapan pertama ini, siklon tropis ditandai dengan adanya turbulensi di lapisan atmoster. Berdasarkan pengamatan gambaran satelit cuaca, turbulensi atau gangguan udara ini ditunjukkan dengan adanya pembentukan awan-awan kumulonimbus di area konventif. Di area ini berikutnya mulai muncul ujung sirkulasi perawanan yang berbentuk spiral.
- Tahap Pra-Sempurna
Di tahapan kedua ini, pembentukan awan melingkar yang berupa spiral telah mulai berpengaruh atau wilayah ini sudah berupa relatif bulat. Peningkatannya ditandai dengan tekanan udara permukaan yang turun mencapai kurang dari 1000 mb secara simulan dan kecepatan angin maksimum yang meningkat yaitu sebesar ≥ 34 knot atau 63 km/jam. Kecepatan angin dengan kecepatan maksimum telah berpusat di cincin-cincin yang mengelilingi pusat sirkulasi siklon. Dan, pada tahapan ini mata siklon sudah mulai nampak terlihat.
- Tahap Sempurna
Pada tahapan ketiga ini, siklon tropis sudah terbentuk secara tepat dan cenderung stabil. Di bab sentra siklon, tekanan udaranya sangat sekurang-kurangnyadan di sekililing sentra siklon kecepatan angin sungguh maksimal dan berputar secara konstan. Secara perlahan, sentra sirkulasi siklonik dan area yang memiliki kecepatan angina optimal telah meluas dan menawarkan keadaan perawanan yang terorganisir dan lebih simetris. Selain itu, mata siklon sudah nampak dengan mata telanjang pada dikala siklon tropis telah semakin kuat. Siklon tropis ini ditandai dengan area dengan suhu paling hangat di tengah-tengah metode perawanan yang memiliki angin permukaan yang damai dan dikelilingi oleh dinding perawanan konvektif tebal di sekelilingnya. Tahapan sempurna ini biasanya cuma bisa bertahan selama kurang lebih 24 jam sebelum masuk ke tahap pelemahan.
- Tahap Pelemahan
Pada bagian terakhir siklus hidup siklon tropis ini, pusat siklon yang memiliki suhu hangat telah mulai menghilang dan tekanan udara mulai berkembangdan area dengan kecepatan angin maksimum sudah meluas dan melebar menjauh dari pusat siklon. Tahap pelemahan mampu terjadi dengan cepat jikalau siklon tropis lewat wilayah yang tidak mendukung bagi pertumbuhannya, mirip pada saat siklon tropis mulai memasuki daerah perairan dengan garis lintang yang tinggi atau berada di kawasan kutub dengan suhu paras bahari yang acuh taacuh atau masuk ke daratan. Hal ini mampu ditunjukkan dari citra satelit cuaca bahwa area konvektif pada siklon tropis sudah menyusut dan turbulensi perawanan mulai menghilang secara perlahan.
Dari empat tahapan tersebut diatas maka, proses penyebab terjadinya siklon tropis dapat di jelaskan selaku berikut ini:
- Terjadi di kawasan dengan iklim tropis dimana suhu udara sangat hangat dan lembap;
- Terjadi di daerah perairan dengan suhu muka laut (sst) yang cukup panas yaitu dengan suhu > 26˚C;
- Parameter Gaya Coriolis mesti lebih besar dari nilai minimum yang terdapat pada garis lintang 5˚ di bagian bumi bagia.n utara dan selatan;
- Adanya pergeseran angin vertikal yang lemah didalam arus troposferik yang tebal;
- Adanya asupan energi dari konvergensi arus udara secara terus menerus untuk pembentukan siklon tropis;
- Memerlukan adanya kelembaban udara pada lapisan troposfer menegah yang cukup besar;
- Terjadi di tempat perairan dengan kedalaman lebih dari 60 meter;
- Kondisi lapisan atmosfer yang tidak stabil yang memungkinkan terbentuknya awan Cumulonimbus;
- Lapisan atmosfer yang relatif lembab dengan ketinggian sekitar 5 km di atas permukaan bahari;
- Lokasi pembentukan siklon tropis haruslah berada pada jarak setidaknya sekitar 500 km dari garis khatulistiwa;
- Terjadinya turbulensi atau gangguan di lapisan atmosfer yang bersahabat dengan permukaan bumi adalah berupa angin yang berpusar dan disertai dengan sirkulasi angin;
- Perubahan keadaan angin kepada ketinggian yang tidak terlampau besar karena pergantian keadaan angin yang besar akan mengakibatkan pembentukan siklon tropis yang tidak tepat.
Selain karena-alasannya adalah tersebut di atas, siklon tropis yang terjadi akhir-akhir ini disinyalir memiliki kaitan yang besar lengan berkuasa dengan pemanasan global atau global warming yang menimbulkan kenaikan suhu permukaan bumi cukup umur ini dan mencairnya lapisan es di kawasan kutub. Selain itu, berkurangnya lapisan ozon juga menjadi pemicu kian seringnya muncul siklon-siklon yang lain di beberapa bagian bumi. Hal ini mirip yang diungkapkan oleh Anthes et al (2006) menurut pengamatan mereka selesai-tamat ini yang menyatakan adanya kenaikan intensitas siklon tropis akhir adanya pemanasan global.
Lebih lanjut, Knutson dan Tuleya (2004) mengungkapkan bahwa adanya kenaikan intensitas siklon terjadi alasannya dua komponen iklim adalah kecepatan angin dan curah hujan yang sangat akrab berhubungan dengan jumlah, lintasan, dan intensitas siklon tropis. Perubahan suhu tampang laut yang berada di empat daerah lautan yang menjadi pusat terjadinya siklon tropis, ialah Samudera Pasifik Barat Laut, Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik Timur Laut, dan Samudera Hindia, mempunyai suhu yang sangat beragam, sekitar 0,8 °C hingga hingga 2,4°C. Adanya kombinasi pergantian suhu paras maritim di ke-empat daerah samudera ini menghasilkan peningkatan rata-rata sebesar 6% terhadap kecepatan angin maksimum dalam sistem siklon tropis.
Demikianlah penjelasan tentang penyebab terjadinya siklon tropis agar berfaedah dan mampu menjadi pola dalam menghalangi atau mewaspadai terjadinya siklon tropis.
Sumber ty.com
EmoticonEmoticon