Senin, 25 Mei 2020

Pemahaman Alterasi Mineral – Proses – Contohnya

Alam menawarkan segala bentuk sumber dayanya yang sungguh diharapkan oleh insan. Baik itu dalam bentuk logam maupun bukan logam. Jika kita membicarakan tentang logam, pasti memiliki keterkaitan dengan alterasi. Alterasi sendiri merupakan proses pergeseran komposisi mineralogi batuan dalam keadaan padat, sebagai akibat adanya efek suhu dan tekanan tinggi serta tidak dalam keadaan isokimia, sehingga menghasilkan mineral berbentuklempung, oksida, kuarsa, atau sulfida logam. Proses alterasi yaitu suatu tahapan sekunder, sungguh berlainan dengan metamorfisme yang termasuk ke dalam tahapan primer.


Sedangkan untuk alterasi mineral yaitu mengacu pada segala sesuatu yang berhubungan dengan proses alam dalam mengganti komposisi kimia mineral atau kristalografi. Dalam hal ini aturan – hukum termodinamika sangat penting dan akrab kaitannya dengan konservasi energi, berkaitan dengan lingkungan, terbentuk katalis, dan yang paling kerap ditemukan yakni pengaruh dalam bentuk air. Seperti yang telah di singgung di atas, jika alterasi mineral sungguh berbeda dengan alterasi batuan pada proses metamorfisme. Tidak cuma itu saja, proses alterasi mineral juga mempunyai perbedaan dengan proses pelapukan. Akan tetapi kedua proses tersebut sama – sama menolong dalam proses alterasi mineral.


Beberapa contoh proses alterasi mineral ialah:



  • Oksidasi, bisa ditemukan ketika mineral besi (Fe) yang terdapat di alam seperti FeS2 (pirit) mengalami oksidasi menjadi mineral goetit atau besi hidroksida.

  • Kaolinisasi, proses alterasi mineral alkali felspar yang mengalami pergantian menjadi mineral lempung kaolinit dan mampu diketahui dengan munculnya larutan sedikit asam. Proses kaolinisasi banyak didapatkan pada batuan granitik dengan jumlah mineral alkali felspar cukup tinggi.

  • Dolomitisasi, proses yang mengacu pada golongan batuan sedimen karbonat yang mempunyai kandungan kalsit sangat tinggi mirip pada batu gamping. Batu gamping tersebut berubah menjadi batuan dolomit yang kaya akan magnesium. Dalam hal ini terdapat proses diagenesis yang menjadi penyebab utama dan melibatkan sejumlah air bersuhu tidak terlampau panas.


Berikut ini beberapa pola mineral yang mampu terbentuk dari proses alterasi ialah:



  1. Actinolit/ Ca2(Mg,Fe)5Si8o22(OH)2


Actinolit ialah sebuah mineral yang memiliki warna hijau gelap, sistem kristal monoklin, mempunyai serpihan sempurna, mengkilap mirip kaca, terdapat cerat berwarna putih, dan berupa elongated. Mineral ini terbentuk pada suhu 800 – 900 derajat celcius. Actinolit berasal dari hasil alterasi piroken pada gabro serta diaba di dalam proses metamorfik green schist facies.



  1. Adularia / KalSi3O8


Mineral satu ini mempunyai warna putih dengan sedikit merah muda, mempunyai tata cara kristal monoklin, pecahan 2 arah, kilap seperti beling, terdapat cerat putih dengan bentuk prismatik. Adularia terbentuk pada suhu 700 derajat celcius selaku akibat adanya proses hidrotermal dengan suhu rendah berbentukurat.



  1. Albite / NaAlSi3O8


Albite mampu dimengerti dari warnanya yakni putih dengan tata cara kristal triklin, terdapat pecahan 3 arah, pecahannya yang tidak rata – konkoidal, seperti kilap kaca dan cerat berwarna putih. Mineral ini terbentuk di dalam suhu 750 – 800 derajat celcius, dan disebabkan adanya proses hidrotermal bersuhu rendah dan juga alterasi dari plagioklas. Sedangkan untuk proses metamorfik berlangsung pada temperatur dan tekanan rendah, serta proses magmatisme dan juga proses albitisasi.



  1. Biotite / K(Mg,Fe)3AlSi3O10(F,OH)2


Mineral ini memiliki ciri khas yaitu berwarna hitam dengan metode kristal monoklin, memiliki bagian tepat, bentuk belahan tidak rata dengan kilap kaca dan mutiara, terdapat cerat putih berbentuk tabular. Biotite terbentuk di suhu 700 – 800 derajat celcius akhir adanya proses magmatis, metamorf dan juga hidrotermal. Biasanya banyak ditemukan di daerah sekitar magmatis.



  1. Dolomite / CaMg(CO3)2


Hampir sama dengan minerl albite, dolomite juga memiliki warna putih dengan sedikit warna merah jambu namun mempunyai tata cara kristal heksagonal. Belahan terlihat sempurna dengan bagian subkonkoidal, kilap mirip kaca dan terdapat cerat putih. Dolomite terbentuk dari proses hidrotermal dengan suhu rendah berupa urat. Mineral ini juga mampu terbentuk di lingkungan maritim sebagai proses dolomitisasi watu gamping serta proses metamorfik atau dolostone protoliths.



  1. Epidote / Ca2Al2(Fe3+;Al)(SiO4)(Si2O7)O(OH)


Epidote mempunyai warna khas ialah kehijauan dengan metode kristal monoklin. Jika diamati lebih teliti, memiliki belahan cukup terang yakn 2 arah tetapi cuilan tidak rata. Terdapat kilap beling bercerat putih dengan bentuk prismatik. Epidote terbentuk di temperatur 900 – 1000 derajat celcius sebagai akhir dari proses metamorphisme pada fasies green schict dan juga glaucophane schist serta hidrotermal atau propylitic alteration. Pada proses magmatik sendiri sungguh jarang menciptakan mineral epidote.



  1. Garnet / X3Y2(SiO4)3


Mineral yang satu ini mempunyai warna yang indah yaitu hijau gelap atau merah gelap dengan tata cara kristal rhombic dodekahedron, bentuk pecahan tidak sempurna, kepingan konkoidal serta menunjukkan kenampakan tabular. Garnet terbentuk di suhu yang cukup tinggi adalah sekitar 1.600 – 1.800 derajat celcius dan banyak ditemukan pada zona kontak magmatic plutons bersuhu sungguh tinggi, ialah mineralisasi skarn. Tidak cuma itu saja, mineral garnet juga dapat terbentuk balasan proses metamorfisme di lingkungan tempat magmatisme.



  1. Mikrocline (KalSi3O8)


Mikrocline berwarna mayoritas putih dengan sedikit corak hijau, mempunyai metode kristal triklin dengan kepingan 2 arah, pecahan tidak begitu rata, mempunyai kilap kaca mutiara, terdapat cerat putih serta menandakan bentuk prismatik. Mikrocline terbentuk di suhu 700 derajat celcius selaku akibat adanya proses magmatik sehingga menciptakan plutonic rock yang dikenal dengan nama pegmatit. Tidak cuma itu saja mikrocline juga mengalami proses metamorfik bersuhu rendah yakni gneiss dan schict dan juga proses hidrotermal.



  1. Wollastonite / (CaSiO3)


Mineral ini mampu dimengerti dari warnanya yaitu putih dengan metode kristal triklin, kilap beling, mempunyai serpihan tepat 3 arah namun penggalan tidak rata, bercerat putih dengan bentuk tabular. Wollastonite terbentuk di temperatur 1.100 derajat celcius, mengalami proses metamorfisem kontak pada calcareous dan marl rocks serta proses metamorfisme regional bertekanan rendah.



  1. Zeolite / Na2Al2Si3O10 – 2H2O


Zeolite berwarna abu – debu keputihan, memiliki metode kristal monoklin, bentuk penggalan tepat dengan 3 arah, potongan tidak rata, kilap kaca, terdapat kerat kaca berwarna putih berupa elongated – prismatik. Mineral zeolite terbentuk di suhu 600 – 700 derajat celcius selaku akhir adanya proses hidrotermal yang mengisi urat serta rongga yang terdapat pada batuan beku dan juga mengalami proses metamorpisme burial.



  1. Prehnite / Ca2Al(AlSi3O10)(OH)2


Mineral dengan warna kehijauan ini mempunyai sistem kristal orthorombic dengan bagian sempurna. Pecahannya tidak rata tetapi terdapat kilap beling dengan cerat berwarna putih berbentuk tabular. Prehnite terbentuk di suhu 700 – 800 derajat celcius karena mengalami proses metamorfisme dan juga proses hidrotermal yang mengisi rongga – rongga yang terdapat pada batuan volkanik basalt.


Itulah klarifikasi tentang alterasi mineral dan contohnya. Semoga bermanfaat.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon